Pelepasan Remah 12

11:27:00 PM Admin 0 Comments



Pelepasan
Remah 12




Kisah sebelumnya

Satu persatu bulan berjalan dengan singkat, bara yang dahulu meledak ledak hebat kini hanya meninggalkan kehangatan, percik-percik hangat yang membuat semua hal menjadi indah dan lengkap. Percik yang dapat mengungkap keindahan bila di pandang bersama orang yang tepat.
Pagi hari di saat aku ulang tahun, banyak hal yang membuatku merenung. Jika tahun-tahun sebelumnya keluargaku selalu memberiku kejutan saat tengah malam dan di lanjut makan besar di malam selanjutnya. Kali ini tidak, tak ada lagi selebrasi tahunan seperti itu lagi. Semuanya udah berubah Bell, kamu udah diusir, nggak dianggep anak lagi sama orang tuamu, kataku dalam hati, air mata mulai bertimbulan di sudut-sudut mataku. Kuat, kuat, yang kuat Bell.
Sambil menyiapkan roti bakar untuk sarapan, iseng aku cek hapeku. Berharap-harap ada pesan dari sahabat-sahabatku. Tapi, ternyata tak ada satupun pesan masuk. Aku mendengus sebal. Bahkan dari Andi dan Willy juga sama sekali tak ada pesan singkat sedikitpun, mungkin mereka sibuk, batinku sedikit jengkel.
Notifikasi pesan baru membuatku berlari dari kamar, segera aku cek pesan yang baru terlampir, dari Willy,
Aku udah di depan.

Aku kecewa, sama sekali tak seperti yang aku harapkan. Entah kenapa pagi itu aku terobsesi dengan ucapan selamat, yang sayangnya hari ini sama sekali tak ada satupun masuk ke dalam inbox hapeku.
Bahkan saat Willy mengantarku hingga ke cafe, ia biasa saja, seolah ini bukan hari penting. Sebenarnya, aku memang tak terlalu mengharap apapun, tapi setidaknya ucapan selamat ulang tahun, sudah cukup. Ia yang biasanya basa-basi dulu sebelum berangkat ke distro, hari ini juga langsung pergi begitu saja setelah mengantarku. Membuatku menjadi jengkel hari.
Apa mereka mau buat kejutan ya? Kataku dengan senyum licik.
Saat cafe tak terlalu ramai, sengaja aku sempatkan diri untuk berkeliling, melihat-lihat ruangan-ruangan lain, sudut-sudut tersembunyi, siapa tahu mereka nyembunyiin sesuatu disana. Kataku riang. Tapi setelah beberapa menit keliling cafe, aku kembali di buat kecewa. Ternyata memang tak ada apa-apa. Mungkin mereka beneran lupa. Lagian sudah umur segini, mungkin memang sudah saatnya nggak ada perayaan. Tapi masa sih mereka lupa? Kataku tak terima. Mereka kan berteman denganku di facebook, masa iya nggak ada yang lihat notifikasi kalau hari ini aku ulang tahun?
Dengan berat hati, akhirnya aku jalani jam-jam berikutnya dengan wajah musam. Hingga tak terasa sudah jam 10 malam, dan tak ada apa-apa!. Huh!. Di halaman luar cafe, aku menunggu Willy menjemputku dengan wajah cemberut. Sesekali aku melihat layar hapeku, berharap-harap jika teman-temanku yang sudah pulang kerja dan lagi santai ingat hari ulang tahunku dan mengucapkan selamat untukku. Lagi-lagi aku kecewa. Bahkan, sampai sekarang tak ada notifikasi sama sekali. Sialan!
Tepat pada saat Willy datang, dengan senyuman cengengesan seperti biasanya, belasan notifikasi tiba-tiba memberondong hapeku. Saat aku baca, ucapan-ucapan selamat dari teman-teman terdekat langsung membuat hatiku hangat,

“Teman terbaik tidak pernah berbohong satu sama lain dan saya harus jujur dengan kamu. Bahwa kamu sudah semakin tua dan semakin jelek, hahaha... Selamat ulang tahun sahabatku, tetep kuat, jadi orang yang menginspirasi, dan yang paling penting jangan lupa makan-makannya, traktiran kui seng paling penting lho Bell, ”
“Pada ulang tahunmu kali ini, jangan lupa untuk menetapkan tujuan di langit yang tinggi dan menghabiskan sisa kesedihan di tahun ini saja. Dan mencoba membangun roket untuk sampai ketujuan itu. Selamat ulang tahun ya sayang, kado nyusul ya!”
“Persahabatan adalah semua tentang memberi dan menerima. Kamu dapat mengambil hadiah yang aku siapkan untukmu hanya jika kamu memberikan pesta yang mengagumkan dan makanan yang banyak sebagai imbalanya. Hehehe... Selamat ulang tahun sahabatku, muach muach muach...”
“Sepertinya kue ulang tahunmu mulai tidak bisa terlihat, karena tertutup oleh lilin yang di atasnya. Ini membuktikan bahwa kamu sudah tidak muda lagi. Selamat Ulang Tahun,”
“Aku percaya kalau usia laki-laki seperti anggur, dan seperti sebuah anggur semakin tua semakin tak ternilai harganya. Selamat Ulang Tahun bro. Tambah bijaksana ya,”
“Jangan terlalu senang tentang perayaan ulang tahunmu, itu adalah sebuah penanda bahwa kamu sudah semakin tua, semakin jelek dan nggak unyu-unyu lagi. Selamat Ulang Tahun ya beb!”
“Aku berharap untuk merayakan ulang tahunmu dengan pergi keluar dan melakukan banyak hal yang menyenangkan. Tahu nggak kenapa? Karena aku mau ditraktir dan kamu yang bayarin, hehehe. Selamat Ulang tahun kawan”
“Satu-satunya hal keren bertambahnya usia adalah bahwa kamu dapat mengklaim untuk menjadi dewasa, meskipun itu tidak menjadi jaminan bahwa kamu akan bertambah dewasa. Selamat Ulang tahun, doa terbaik untukmu, lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Karena di umur segini, kita nggak lagi hanya bermimpi, tapi harus mewujudkan mimpi, dan membuatnya nyata, selamat berjuang.”

Kebahagiaan seketika menyeruak dari dalam dada saat membaca pesan-pesan singkat yang silih berganti terkirim ke dalam hapeku.
“Kamu yang buat ini semua?” tanyaku dengan ekspresi tak karuan.
“Iya,” jawab Willy dengan nada menyenangkan, membuat senyumku terus mengembang, “aku minta tolong Andi buat bilang sama temen-temenmu itu buat nunda ucapan ulang tahunmu. Ya biar kamu rada jengkel aja Bell,”
“Wah! Makasih banyak ya sayang,”
Ini hadiah buat pemanasan pesta kecil-kecilan kita. Jelas Willy sambil membuka salah satu video di tabletnya. “Ini aku buat seminggu yang lalu sama anak-anak. Sorry kalau jelek,”
Saat video itu mulai diputar, satu persatu adegan tak terduga ditampilkan, “Aku ngelakuin ini semua cuma buat kamu Bell, selamat ulang tahun, aku sayang kamu,” kata Willy mantap sebelum akhirnya kamera mulai menyorotnya saat ia gosok gigi di zebracros sambil telanjang dada dan hanya mengenakan boxer. Tampilan berikutnya lebih gila, ia mandi di tengah jalan saat lampu merah lalu ia pindah mandi sambil di semprot tukang cuci motor di pinggir jalan. Adegan terakhir ia jalan-jalan di pinggir jalan sambil membawa tulisan selamat ulang tahun.
Selama beberapa saat aku terdiam, terkisap dengan hadiah pemanasan Willy yang begitu menguncang dan menyenangkan.
“Kamu itu gila banget sih jadi orang!” semburku langsung.
“Demi kamu, apapun aku mampu Bell,”
“Haduh, apaan sih kamu, bikin salah tingkah aja deh,”
“Seneng nggak aku buatin video kaya gitu?”
“Iya seneng banget! Beda aja, lucu, konyol, tapi berkesan banget di hati,”
“Syukur deh kalau gitu. Jadi seneng dengernya. Anak-anak ada di atas, ayo buruan, nggak enak udah nunggu kelamaan,” kata Willy menyuruhku langsung naik ke lantai tiga cafeku.
“Di lantai atas?” tanyaku penuh antusias “Kirain nggak bakal ada acara apa-apa?”
“Untuk tahun ini, tetep harus dirayakanlah,”
“Kamu nggak bercandakan Will?”
“Ya enggaklah sayang, kita siapin pesta kecil-kecilan buat kamu di atas. Temen-temenmu dari Jogja juga udah dateng katanya,”
“Yang bener?”
“Kalau nggak percaya cek aja diatas, orang aku sama Andi kok yang nyiapin ini semua,”
Sesampainya aku di lantai atas, lampu warna-warni dan lampion menyala serentak di iringi ucapan dan nyanyian ulang tahun. Setelah bergantain menyalamiku, rombongan orang-orang dewasa itu mulai berpencar menjadi kelompok-kelompok kecil. Ada yang bertugas membakar daging sapi, ada yang sibuk makan, ada yang minum bir sepuasnya, ada yang gitaran nggak jelas bunyinya, ada juga yang melingkar dan ngomong ngalur ngidul sesuka hati.
Ting.. ting... ting...
Sengaja sedikit keras aku memukul-mukulkan sendok ke pinggir gelas yang aku pegang, agar semua teman-temanku disitu mendengar semuanya.
“Sebelumnya, terimakasih buat kalian semua yang udah nyempetin buat dateng ke sini. Kalian emang juara banget! Malem ini aku mau buat pengakuan kecil-kecilan, yang mungkin udah kalian denger selentinganya. Kalau kalian ngira aku Gay sebelumnya. Kalian bener. Orang tuaku tahu, dan aku diusir dari rumah. Aku nggak bakal bilang kalau jadi pembangkang itu baik dan lain-lain. tapi mulai malam ini, aku pengin jadi orang jujur, jadi orang apa adanya. Aku ingin kalian lihat aku sebagai sesama manusia, sebagai teman yang saling memanusiakan manusia, cheers!!”
Sebelum tengah malam, pesta kecil-kecilan itu berpindah tempat ke hiburan malam. Bersama-sama kami menyewa sebuah ruangan untuk karaoke bersama-sama tak lebih dari dua jam karena esok hari sebagian besar dari kami harus pulang dan kembali bekerja seperti biasanya.
Satu hal yang membuatku tambah bahagia malam itu adalah, Willy yang bisa langsung akrab dengan teman-temanku. Dengan fasih ia bisa langsung menempatkan diri diantara mereka tanpa rasa cangung sedikitpun.
Setelah pesta kecil-kecilan itu usai, aku diantar Willy pulang ke rumah kontrakan dengan keadaan setengah mabuk. Mabuk bahagia dan mabuk minuman keras. Sesampainya di dalam kamar, Willy mengirimkan sebuah link video di youtube sebagai hadiah tambahan di ulang tahunku.
Saat kubuka link tersebut, satu persatu wajah sahabatku bermunculan. Mengucapkan selamat ulang tahun dengan berbagai cara yang membuatku penuh haru dan bahagia. Video kompilasi tersebut di edit dengan cara yang unik, lucu dan seru. Dibagian akhir video yang berisi hantaran doa dan harapan-harapan tulus membuat air mataku menetes perlahan.
Terimakasih. Terimakasih banyak teman-teman.
Aku sayang kalian semua.
Saat haru masih menyelimuti hatiku, tiba-tiba Willy kembali mengirimkanmu link tambahan, sebagai penutup hari ulang tahunmu katanya. Sambil tersenyum-senyum aku membuka link tambahan itu. Tapi, sesuatu yang tak aku duga tiba-tiba menyergap kesadaranku. Hatiku mendadak panas. Seperti dililit ulat bulu. Gatal. Aku murka melihat foto tidurku, foto candid nggak jelas dan foto-foto ajaibku yang di edit sedemikian rupa untuk memojokan dan menghinaku, dan yang paling parah ia tag keseluruh sahabat-sahabatku.
“Willy!!!” Teriakku penuh amarah.


kisah selanjutnya klik disini





Daftar lengkap serial Pelepasan


Melajulah "Pelepasan"ku klik disini 
Pelepasan Remah ke 1 klik disini
Pelepasan Remah ke 2 Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 Klik disini
Pelepasan Remah ke 5 Klik disini
Pelepasan Remah ke 6 Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 Klik disini
Pelepasan Remah ke 9 Klik disini
Pelepasan Remah ke 10 Klik disini
Pelepasan Remah ke 11 Klik disini
Pelepasan Remah ke 12 Klik disini
Pelepasan Remah ke 13 Klik disini
Pelepasan Remah ke 14 Klik disini
Pelepasan Remah ke 15 Klik disini
Pelepasan Remah ke 16 Klik disini
Pelepasan Remah ke 17 Klik disini
Pelepasan Remah ke 18 Klik disini
Pelepasan Remah ke 19 Klik disini
Pelepasan Remah ke 20 Klik disini
Pelepasan Remah ke 21 Klik disini
Pelepasan Remah ke 22 Klik disini
Pelepasan Remah ke 23 Klik disini
Pelepasan Remah ke 24 Klik disini
Pelepasan Remah ke 25 Klik disini
Pelepasan Remah ke 26 Klik disini
Pelepasan Remah ke 27 Klik disini
Pelepasan Remah ke 28 Klik disini
Pelepasan Remah ke 29 Klik disini
Pelepasan Remah ke 30 Klik disini
Pelepasan Remah ke 31 Klik disini
Pelepasan Remah ke 32 Klik disini
Pelepasan Remah ke 33 Klik disini
Pelepasan Remah ke 34 Klik disini
Pelepasan Remah ke 35 Klik disini
Pelepasan Remah ke 36 Klik disini
Pelepasan Remah ke 37 Klik disini
Pelepasan Remah ke 38 Klik disini
Pelepasan Remah ke 39 Klik disini
Pelepasan Remah ke 40 Klik disini
Pelepasan Remah ke 41 Klik disini
Pelepasan Remah ke 42 Klik disini
Pelepasan Remah ke 43 Klik disini
Pelepasan Remah ke 44 Klik disini
Pelepasan Remah ke 45 Klik disini
Tongkat Estafet Kedua Klik disini
14 Fakta Di Balik Serial Pelepasan Klik disini
Untuk "Pelepasanku" Klik disini
Celoteh di balik Pelepasan Klik disini

You Might Also Like

0 komentar: